3 Cara Mengendalikan Perilaku Anak
KALAU KEAMANAN DALAM KELUARGA SAMA DENGAN MENJAGA ANAK-ANAKMU YANG BERHARGA, INI DIA BEBERAPA TIPS DARI PARA AHLI UNTUK MEMBANTUMU KEMBALI MENGENDALIKAN KEMUDIMU.
KATAKAN “YA”.
Menurut konselor keluarga sekaligus penulis buku Who Runs Your House: The Kids or You? , Karena Philip, “Ya” adalah salah satu kata yang paling kuat.
Mengatakan “Ya” bisa memperbaiki keadaan karena “Ya” merupakan sebuah kata jeda.
Saat anak mendengar kata “Ya”, mereka akan berhenti untuk mendengar apa maksud kata “Ya” tersebut.
Dia juga menyediakan sebuah contoh bagaimana “Ya” bisa digunakan bahkan untuk menolak sesuatu: saat anak meminta permen di toko, Kamu bisa menjawab dengan, “Ya, aku tahu Kamu sangat ingin makan permen itu, tapi tidak sekarang, dan ya, nanti aku pikirkan.”
Menurut Philip yang juga sangat suka memberikan sesuatu pada anak-anak, jika orangtua memberikan pilihan kepada anak secara tepat, ada 99 persen kemungkinan mereka akan memilih apa yang Kamu inginkan.
Memberikan pilihan yang tepat artinya adalah saat Kamu memberikan dua pilihan secara lisan, Kamu memberitahukan mana yang sebaiknya mereka jadikan sebagai pilihan kedua sehingga pilihan tersebut akan terus berada di dalam ingatan mereka.
Dengan memberikan dua pilihan, anak-anak akan meyakini bahwa merekalah yang mengambil keputusan sehingga mereka pun merasa senang saat diberikan kesempatan memilih sesuatu untuk diri mereka sendiri.
JANGAN MARAH
Saat anak mulai marah, Philip dengan tegas menyarankan agar orangtua tidak memberikan apa yang mereka inginkan dan tahan kemarahan.
Kalau Kamu menyerah dan memberikan permen yang diinginkan, maka Kamu sudah menciptakan kebiasaan dimana mereka nantinya akan terus menerus melakukan hal itu untuk mendapatkan apa yang mereka mau.
Meskipun hal ini bukanlah sesuatu yang baru, Philip memiliki cara yang bisa dibilang cukup kontroversial untuk menghadapi anak yang sedang marah.
Kurung anak di dalam kamar dan tutup pintunya, dan pastikan tidak ada barang yang bisa mereka mainkan di dalam sana.
Jika anak masih memaksa untuk meninggalkan ruangan tersebut, kunci pintunya – dan ya, hal ini tidak mengapa karena dengan mengunci ruangan maka mereka akan melihat bahwa Kamu sungguh-sungguh sehingga nantinya merek akan mengingat hal itu sebagai hukuman untuk sikap buruk mereka.
Cara keras ini perlu dibarengi dengan respon yang emosional juga- ibu dan ayah tidak seharusnya bersikap kasar karena anak kecil melihat mereka sebagai contoh bagaimana untuk bersikap dan berperilaku, khususnya dalam hal mengontrol kemarahan.
Orangtua sebaiknya jangan berteriak, namun bukan berarti juga Kamu tidak diperbolehkan mengekspresikan kemarahan.
Anak-anak perlu melihat sikap orangtua mereka saat marah karena mereka perlu tahu bagaimana orangtua mereka mengendalikan kemarahan dan emosi, sehingga mereka pun akan belajar dari sana.
TENTUKAN BATASAN DAN KONSEKUENSI YANG JELAS
Anak-anak perlu diberikan peraturan dan batasan yang jelas, jadi mereka tahu apa yang seharusnya mereka lakukan.
Philip menyarankan agar orangtua menjelaskan peraturan dalam keluarga untuk memastikan semua anggota, tidak peduli berapapun usianya, memahami peraturan-peraturan yang berlaku.
Philip pun memberikan contoh cara memberikan instruksi yang bisa dengan mudah dipahami- dan kuncinya adalah dengan tidak menghemat kata-kata: daripada menyuruh mereka merapikan kamar, yang bisa saja menimbulkan pemahaman lain, suruh mereka untuk menaruh semua mainan pada tempatnya, yaitu di dalam kotak mainan, lalu taruh kotak tersebut di rak.
Leave a Comment
No Comments
There are no comment for this article yet. Be the first one to post a comment!