Bagaimana Kemacetan Lalu Lintas Memengaruhi Kesehatan Anda
Rutinitas pagi yang melibatkan kemacetan atau keterlambatan kereta dapat membahayakan kesehatan Anda dari waktu ke waktu, juga menurunkan kinerja Anda di tempat kerja.
Menjelang Asian Games, muncul aturan lalu lintas baru yang saat ini diterapkan yaitu aturan ganjil genap di sejumlah ruas jalan, yang berimbas pada perubahan rute para pengguna jalan, dan tentunya akibat lain yang timbul adalah kemacetan.
Apakah Anda bepergian ke dan dari tempat kerja dengan kereta, bus, mobil, jalan kaki, sepeda, skuter, atau sarana lainnya, yang namanya perjalanan pulang – pergi kerja itu jarang menyenangkan.
Karyawan di ibukota rata-rata menghabiskan waktu 30 menit hingga 1 jam perjalanan ke dan dari tempat kerja (dengan asumsi jalanan lancar dan semuanya berjalan sesuai rencana, yang tentu saja tidak pernah terjadi).
Alhasil, dengan kemacetan yang semakin parah, mereka bisa menghabiskan waktu hingga lebih dari 2 jam di perjalanan.
Tetapi berurusan dengan lalu lintas yang padat tidak hanya membuat orang terlambat untuk bekerja atau makan malam di rumah.
Beberapa studi menunjukkan bahwa hidup dengan kemacetan lalu lintas yang konstan juga memiliki konsekuensi negatif terhadap kesehatan Anda.
Stres
Menurut laporan CNN, sebuah studi tahun 2012 oleh Washington University in St. Louis mencatat bahwa perjalanan pulang – pergi yang panjang dapat memakan waktu olahraga.
Dengan demikian, perjalanan pp yang panjang ini terkait dengan kenaikan berat badan, tingkat kebugaran yang lebih rendah, dan tekanan darah yang lebih tinggi — semua adalah prediktor kuat penyakit jantung, diabetes, dan beberapa jenis kanker.
Studi ini juga mencatat bahwa “terpapar dengan keruwetan lalu lintas harian dapat menyebabkan stres kronis yang lebih tinggi.”
Salah satu pemicu stres saat mengemudi selama kemacetan lalu lintas adalah ketidaksabaran — harus menunggu lalu lintas bergerak dan berurusan dengan kesalahan pengendara lain di jalan.
“Ketidaksabaran, jika Anda tidak menanganinya di awal, cenderung berubah menjadi kebencian dan kemarahan,” kata profesor psikologi University of Hawaii, Leon James, yang turut menulis “Road Rage and Aggressive Driving.”
Stres, menurut psikiater Emily Deans dari Psychology Today, adalah “penyakit mematikan” yang membuat orang rentan terhadap penyakit lain dan bahkan depresi.
Polusi udara
Para komuter yang terpapar polusi udara, seperti mereka yang mengendarai kendaraan non-AC dan sepeda atau sepeda motor, memiliki risiko kesehatan yang lebih besar.
Selain stres, mereka juga terpapar polutan yang dapat mempengaruhi paru-paru, karena lebih dari 70 persen polusi udara di wilayah ibukota berasal dari kendaraan di jalan.
Faktanya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa polusi udara adalah penyebab dari 3,2 juta kematian yang dapat dicegah di seluruh dunia setiap tahun.
Selain penyakit paru-paru kronis, penelitian oleh mahasiswa M.D./Ph.D. UC Irvine, Sharine Wittkopp dan rekan-rekannya menemukan bahwa polusi udara dapat menyebabkan tekanan darah meningkat dan peradangan arteri, meningkatkan serangan jantung dan risiko stroke.
“Tekanan darah meningkat dengan meningkatnya polutan lalu lintas, dan perubahan EKG (elektrokardiogram) menunjukkan penurunan aliran darah ke jantung,” kata Wittkopp.
Kurang tidur
Beberapa komuter yang terjebak dalam kemacetan lalu lintas yang terjadi pada malam hari juga akan kekurangan waktu tidur, terutama mereka yang harus bangun lebih pagi keesokan harinya untuk menghindari terburu-buru dan sampai di tempat kerja tepat waktu.
Sebuah artikel baru-baru ini di The Telegraph mengatakan bahwa menjalani seminggu dengan kurang dari enam jam tidur setiap malam dapat menyebabkan 711 perubahan dalam cara kerja gen.
Kurang tidur juga dapat mempengaruhi kinerja, perhatian, dan memori jangka panjang.
Selain itu, kurang tidur dapat menyebabkan kecemasan, kelelahan, frustrasi, perilaku impulsif, kekebalan yang lebih rendah, dan beberapa masalah kesehatan mental.
Ini juga mendorong penggunaan obat-obatan dan alkohol.
Salah satu solusi untuk mengatasi kemacetan yang mungkin bisa menjadi bahan pertimbangan adalah bekerja dari rumah.
Baru-baru ini Jakarta Research and Public Policy (JRPP) mengatakan konsep work from home alias bekerja dari rumah bisa menjadi satu solusi mengurangi kemacetan saat Asian Games 2018 sekaligus biaya operasional kantor.
Namun itu pun tergantung dari jenis dan bidang pekerjaannya, tidak semua bidang pekerjaan bisa dilakukan dengan konsep ini, meskipun saat ini bekerja dari rumah bukanlah hal yang baru di dunia digital.
Apakah Anda bekerja di kantor atau di rumah, keduanya tetap memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Menjaga kesehatan fisik dan mental, mengatur pola makan sehat, tetap aktif bergerak dan menghindari pemicu penyakit adalah satu-satunya hal penting yang dapat Anda lakukan untuk meminimalkan efek negatif kemacetan lalu lintas terhadap kesehatan Anda.
Leave a Comment
No Comments
There are no comment for this article yet. Be the first one to post a comment!