Fakta Mengerikan Tentang Obesitas Anak-Anak Anda
SEBANYAK 25 PERSEN ANAK-ANAK DI INDONESIA MENGALAMI OBESITAS DAN 50 PERSEN ORANGTUA TIDAK MENYADARINYA.
Bukan suatu hal baru jika Kita sebagai sebuah bangsa semakin hari semakin besar.
Akan tetapi biasanya statistik hanya menunjukkan informasi berkaitan dengan orang dewasa, bukan anak-anak.
Faktanya, satu dari empat anak-anak di Indonesia mengalami obesitas atau kegemukan.
Jika Kita terus seperti ini, nanti di tahun 2020 bisa saja perbandingannya bisa menjadi satu dari dua anak-anak.
Kelebihan berat badan pada anak berkaitan dengan beberapa masalah seperti kurang percaya diri, mengalami isolasi di lingkungan sosial, gangguan medis, sleep apnea, dan kolesterol tinggi.
Dan masalah tersebut bertambah buruk dengan adanya fakta bahwa banyak orangtua yang anaknya mengalami obesitas beranggapan bahwa berat badan mereka normal.
Beberapa peneliti dari Universitas Melbourne menemukan bahwa hampir setengah dari orangtua yang anaknya mengalami obesitas di Australia berkeyaninan bahwa anak mereka memiliki berat badan normal dan di beberapa kelompok usia, jumlah tersebut meningkat hampir 90 persen.
Berdasarkan sebuah penelitian dari UK, bahkan saat anak-anak sudah secara klinis mengalami obesitas, 33 persen ibu dan 57 persen ayah menganggap berat badan mereka normal.
Jadi apa yang sebenarnya sedang terjadi?
Apakah Kita bingung mengenali seperti apa berat badan yang normal itu?
Ataukah ini disebabkan karena Kita hanya berusaha menyanggahnya?
Sepertinya ada beberapa faktor yang memicu anggapan tersebut.
APA YANG KITA ANGGAP SEBAGAI BERAT BADAN IDEAL SUDAH BERUBAH
Dulu pada tahun 1960an, sekitar lima persen anak-anak di Indonesia mengalami obesitas atau kegemukan, dan angka tersebut meningkat setidaknya 20 persen dalam 40 tahun terakhir.
Peniliti mengatakan bahwa hal tersebut mempengaruhi persepsi Kita dalam melihat seperti apa anak yang sehat itu.
Seluruh masyarakat, termasuk anak-anak sekarang ini lebih besar, dan ini berarti persepsi Kita dalam menentukan berat badan ideal pun sudah berubah.
Orangtua tidak ingin melihat anaknya dalam keadaan buruk.
Salah satu para ahli obesitas di Australia, profesor dri Universitas Deakin, Boyd Swinburn mengatakan bahwa Kita mungkin beranggapan bahwa berat badan Kita sudah ideal, olahraganya sudah banyak, dan makanannya sudah sehat padahal sebenarnya tidak demikian.
Selain itu, ada rasa bersalah saat anak Kita mengalami obesitas, karena hal ini akan berdampak buruk pada orangtua, sehingga hal itu juga menimbulkan penolakan.
ORANGTUA GEMUK BISA DAPAT MEMPERBURUK MASALAH
Para peneliti dari Universitas Deakin menemukan bahwa ketidakmampuan mengenali kelebihan berat lebih banyak terjadi pada orangtua yang gemuk.
Kegemukan pada anak pun jadi sulit terdeteksi.
Profesor Swinburn mengatakan bahwa area pertama yang bisa terkena dampak kegemukan pada anak adalah di sekitar pinggang¸bukan pada wajah atau lengan.
Area tersebut biasanya tidak terlihat sehingga kegemukan pada anak cenderung tertutup oleh pakaian.
PENGUKURAN BERAT BADAN YANG BERBEDA BISA MEMBINGUNGKAN
Sebuah penelitian dari Universitas Melbourne menemukan bahwa metode yang berbeda dalam mengukur berat badan mengakibatkan munculnya jumlah yang berbeda dalam menghitung jumlah anak yang diidentifikasi mengalami obesitas.
Menggunakan BMI atau Body Mass Index untuk mengukur berat badan menghasilkan jumlah anak obesitas menjadi lebih banyak jika dibandingkan dengan menggunakan lingkar pinggang.
Para peneliti juga menyimpulkan bahwa orangtua tidak hanya perlu berusaha keras untuk menentukan berat badan seperti apa yang ideal untuk anak, tapi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan bagaimana cara menetapkan status berat badan pada anak.
Seperti halnya semua ukuran, ada pembatas antara berat badan yang sehat dan obesitas.
Pembatas yang ditentukan semaunya tersebut membuat kebanyakan anak yang dikategorikan mengalami obesitas lebih mengarah pada kategori normal sehingga mereka pun terlihat normal.
Menurut Profesor Swinburn, bahkan saat anak mengalami obesitas, orangtua bisa saja tidak menyadarinya, jadi ukuran berat badan tentunya bukan satu-satunya faktor yang memicu permasalahan tersebut.
BEBERAPA ORANGTUA TIDAK TAHU CARA MENGATASI MASALAH TERSEBUT
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk membicarakan masalah berat badan dengan anak, dan resiko anak mengalami gangguan makan disebabkan karena orangtua memutuskan untuk menyelesaikan masalah tersebut sangat tipis.
Akan tetapi, rasa takut akan munculnya hal buruk seperti anoreksia memang terjadi pada orangtua.
Profesor Swinburn mengatakan bahwa Kamu seharusnya tidak menghindari pembicaraan mengenai berat badan dengan anak.
Anak-anak dan remaja banyak berpikir mengenai berat badan dan tidak sedikit dari mereka yang melakukan diet.
Swinburn pun meyakini bahwa dengan tidak mendiskusikan hal tersebut, Kita bisa menciptakan resiko paling besar.
Pendidikan seks adalah contoh serupa– haruskah Kita tidak membicarakan hal tersebut dengan para remaja karena takut memicu munculnya kehamilan di usia tersebut?
Untungnya perdebatan itu sudah Kita selesaikan beberapa dekade lalu.
BANYAK YANG MEYAKINI ANAK-ANAK BISA LEBIH KURUS SAAT MEREKA DEWASA
Akan tetapi, penelitian berlanjut untuk menunjukkan bahwa hal itu mungkin saja tidak terjadi.
Sebuah penelitian Australia yang dilakukan selama tiga tahun menemukan bahwa 85 persen anak yang gemuk atau obesitas pada awal penelitian tersebut dimulai masih tetap berada di kategori yang sama saat penelitian selesai, dan anak-anak dua kali lebih beresiko menjadi lebih gemuk sama halnya seperti resiko mereka yang juga lebih besar untuk menjadi lebih kurus.
Dr. Gibbons menambahkan bahwa ada resiko yang cukup kuat bahwa mereka yang saat kecil mengalami kegemukan akan mengalami hal yang sama saat dewasa, jadi orangtua seharusnya tidak tertipu dengan pemikiran bahwa anak-anak bisa kurus dengan sendirinya saat dewasa.
Leave a Comment
No Comments
There are no comment for this article yet. Be the first one to post a comment!