Berpikir Positif Dan Berdamai Dengan Diri Sendiri Ala Meira Anastasia

Berpikir Positif Dan Berdamai Dengan Diri Sendiri Ala Meira Anastasia

Meira Anastasia adalah istri komedian dan sutradara Ernest Prakasa, yang juga turut menyutradarai film Milly & Mamet yang booming akhir tahun 2018 lalu.

Yuk kita ngobrol dengan wanita yang aktif mendukung gerakan Body Positivity dan Love Your Body ini!

Siapa yang belum menonton film Milly & Mamet akhir tahun lalu?

Film spin-off Ada Apa Dengan Cinta ini selain disutradarai oleh Ernest Prakasa, stand up comedian dan aktor, juga melibatkan sang istri, Meira Anastasia sebagai Co-director.

Belakangan nama Meira pun semakin banyak dikenal publik, selain berkat keterlibatannya di proyek film garapan sang suami, juga karena ia aktif menyuarakan body positivity atau berdamai dengan bentuk tubuh dan menerima ketidaksempurnaan diri sendiri.

Ia juga kerap memposting kegiatannya berolahraga di Instagram, bukan untuk memperoleh tubuh yang sempurna bak model fitness, namun lebih kepada menjaga kesehatan, kebugaran dan agar lebih bahagia.

Bahkan tahun lalu ia juga menulis sebuah buku berjudul “Imperfect” yang akan segera diangkat ke layar lebar.

Wanita yang mulai menginspirasi banyak follower-nya untuk mencintai diri sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki ini berbagi kisah mengenai pengalaman hidupnya, serta pemikiran-pemikirannya mengenai hal-hal yang terjadi di dunia maya, khusus untuk FabFit by (X).S.M.L.

Baru saja sukses dengan film Milly & Mamet akhir tahun lalu, proyek apa lagi yang akan atau sedang direncanakan di tahun ini?

Tahun ini, aku dan Ernest sedang mempersiapkan film terbaru kami yang akan tayang di bulan Desember 2019.

Cerita film ini diangkat dari buku “Imperfect” yang aku tulis dan terbitkan di tahun 2018 yang lalu.

Sejak sukses berkarya bersama Ernest, Anda mulai menjadi panutan dan menginspirasi banyak orang lewat postingan yang positif di Instagram.

Bagaimana Anda melihat hal ini?

Senang karena bisa berkontribusi positif untuk orang lain melalui media sosial.

Karena banyak juga yang beranggapan kalau media sosial (Instagram) kadang memiliki imbas yang buruk terhadap penggunanya.

Tapi aku mencoba untuk terus sharing hal-hal positif atau proses pembelajaran (suka duka) yang aku lalui, agar orang juga bisa melihat kalau konten di Instagram tidak melulu sempurna.

Sebagian besar follower Anda pasti sudah tahu jatuh bangun perjalanan seorang Meira mendampingi suami hingga sampai di titik saat ini.

Suka duka apa saja yang paling tak terlupakan menjadi istri stand-up comedian, penulis dan sutradara yang saat ini sedang bersinar?

Dukanya waktu awal-awal Ernest terjun ke dunia film jadi penulis skenario dan sutradara untuk film pertamanya (Ngenest, 2015), aku masih berkutat dengan 2 anak dan tidak punya aktivitas apa-apa.

Jadi merasa kesepian karena sering ditinggal karena waktu itu kami masih berdomisili di Bali dan Ernest sering bolak-balik ke Jakarta.

Sedih karena merasa left behind atau “ditinggal” sama Ernest yang sudah memiliki lebih banyak kegiatan yang tidak melibatkan aku.

Tapi, setelah kami memutuskan untuk kembali lagi ke Jakarta, semuanya jadi lebih terasa masuk akal.

Aku bisa punya lebih banyak kegiatan seperti olahraga dan memulai belajar membantu Ernest menulis skenario dan menulis buku Imperfect yang akhirnya terbit tahun 2018 kemarin.

Meira juga dikenal sebagai aktivis Body Positivity.

Sejak kapan dan mengapa merasa peduli terhadap gerakan ini?

Sejak kapan ya? Sejak merasa kalau terlalu banyak postingan #bodygoals di Instagram. Hehe..

Akhirnya berpikir kalau belum banyak yang berani menyuarakan ketidaksempurnaannya di media sosial.

Kebanyakan orang lebih memilih untuk memposting foto terbaiknya atau caption kesuksesannya.

Dan itu gak salah. Memang itu esensi dari media sosial menurut aku.

Kita bisa memposting apapun yang kita inginkan.

Nah, aku pengen posting bukan hanya hal-hal yang membahagiakan aja, tapi juga sharing hal-hal yang tidak sempurna dari aku dan keluargaku, termasuk perjalananku untuk berdamai dengan bentuk tubuhku (body positivity).

Bicara mengenai body shaming yang saat ini masih jadi topik hangat, bagaimana Anda menanggapi hal tersebut? 

Body shaming terutama di media sosial sangat gampang dilakukan oleh siapapun dan terhadap siapapun, karena hanya sesimpel mengetik sebuah kalimat dan mengirimkannya.

Tidak perlu bertatap muka dengan orang yang kita komentari.

Dan kadang akun yang dipakai juga bukan memakai identitas yang sebenarnya. Jadi gak ada sanksi-nya.

Walaupun baru-baru ini, sudah terbit Undang-Undang tentang pelaku body shaming di media sosial.

Jadi memang permasalahan ini sudah dirasa cukup mengganggu ya, sampai masuk ke dalam pasal UU ITE.

Berhubungan dengan pertanyaan sebelumnya.

Pernah jadi korban bullying?

Bagaimana Anda merespon si pembully?

Pernah dong. Awal-awal sih baper banget, rasanya sedih.

Aku merasa gak pernah bikin salah sama mereka, tapi kok mereka jahat banget ya sama aku.

Biasanya langsung aku BLOCK aja sih.

Karena menurut aku kalau direspon juga menghabiskan energi.

Dan kadang mereka malah senang karena di-notice (berhasil membuat kita kesal).

Beberapa artis yang di-bully netizen melaporkan kasusnya ke polisi.

Apakah Anda akan melakukan hal yang sama?

Enggak sih, ya seperti jawaban di atas. Menurut aku buang-buang energi.

Ketika aku fokus untuk berdamai sama diriku sendiri dan fokus pada membuat karya, aku merasa lebih nyaman sama diriku sendiri.

Jadi, ketika ada orang yang body shaming atau komen negatif jadi lebih santai aja sih.

Tentang buku “Imperfect”.

Apa yang Anda ceritakan di dalam buku tersebut?

Sesuai dengan judulnya, aku bercerita tentang ketidaksempurnaan yang aku miliki, yang mungkin dimiliki juga oleh orang lain.

Jadi, para pembaca merasa punya teman.

Dan aku menceritakan perjalananku untuk berdamai dan mencintai diriku sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Anda juga seorang pegiat kebugaran.

Olahraga apa saja yang Anda lakukan, berapa kali dan manfaat apa yang dirasakan?

Awalnya aku olahraga sendiri di rumah memakai aplikasi yang ada di ponsel.

Lalu lama-lama join gym dan sampai sekarang suka banget sama strength training (weight lifting).

Seminggu minimal 2x, tergantung jadwal. Manfaatnya jauh lebih positif dan bahagia.

Karena dengan berolahraga tubuh kita mengeluarkan hormon endorphin yang membuat kita jadi lebih bahagia.

Dan lebih sehat / kuat / gak gampang sakit.

Bagaimana dengan pola makan sehat?

Adakah diet tertentu yang Anda ikuti?

Dulu sempat diet dengan pola makan yang diatur oleh salah satu layanan catering, tapi sekarang aku lebih santai sih.

Gak diet apapun. Fokus di olahraga aja.

Mungkin nanti someday akan balik diet lagi kalau udah kepengen. Hehe..

Ada ritual / kebiasaan tertentu untuk menjaga atau merawat kecantikan?

Enggak. Aku orangnya praktis banget.

Karena kadang suka naik ojek untuk menghemat waktu, jadi gak boleh lupa cuci muka pakai sabun muka aja waktu sampai rumah.

Sebagai seorang ibu yang juga semakin sibuk dengan urusan pekerjaan, bagaimana Anda menjaga quality time dengan keluarga terutama anak-anak?

Karena kesibukannya gak tiap hari jadi lebih gampang membagi waktu.

Anak-anak juga diberi pengertian kalau kadang Papa Mama akan sibuk banget tapi setelah itu kita bisa liburan atau paling cuma meeting beberapa jam aja dan bisa pulang ke rumah, baca buku bareng sebelum tidur.

Ritualku bareng sama anak-anak tiap malam.

Pasangan Meira dan Ernest seringkali dilihat sebagai relationship goals.

Bagaimana pendapat Anda?

Hmm… Gara-gara media sosial, semua jadi dilabeli “goals”!

Sesuatu yang dulunya gak ada. Hahaha..

Sejujurnya sih senang kalau ada yang menganggap kami sebagai relationship goals atau couple goals, tapi kami gak selalu adem ayem lho.

Ada berantemnya juga, ada beda pendapat dan banyak kerikil-kerikil yang dilalui oleh pasangan manapun yang kita berdua rasakan juga.

Makanya aku kadang suka posting kalau kita berdua juga berantem lho, cuma kan gak mungkin lagi berantem terus tiba-tiba salah satu dari kita ngerekam video atau foto terus diposting di media sosial. Hehehe..

Jadi, couple goals itu gak sesempurna itu juga.

Ada suka dukanya juga.

Sebagai pengguna aktif media sosial Instagram, bagaimana Anda melihat pengaruh dari begitu banyaknya influencer dan selebgram yang bermunculan? 

Media sosial itu bisa jadi positif banget tapi bisa juga jadi toxic (racun) bagi penggunanya.

Dan itu semua tergantung kita sebagai penggunanya.

Kita yang memilih apakah akan menjadikan media sosial sebagai sesuatu yang positif atau akan jadi tempat untuk iri sama kehidupan orang lain yang diposting di sana.

Jadi selebgram itu sah-sah aja kok.

Banyak influencer yang bagus dan positif, isi feed di akunnya juga inspiratif.

Tapi ada juga yang dirasa kurang inspiratif.

Apakah mereka salah?

Enggaklah. Itu kan pilihan.

Kalau mereka memang memilih jalan itu ya gak apa-apa.

Semua pilihan ada pada kita sebagai followers. Mau memilih untuk mengikuti yang mana.

Be wise on social media.

Pesan atau saran apa yang bisa Anda bagikan untuk pembaca kami mengenai kesehatan, kebugaran dan penghargaan terhadap diri sendiri / mencintai tubuh kita sendiri?  

Salah satu bab di buku Imperfect adalah tentang “Terima / Berubah”.

Ketika kita merasa tidak nyaman sama diri kita sendiri dan ingin melakukan perubahan, menurutku lakukan saja.

Asal, itu semua untuk diri kita sendiri dan bukan untuk menyenangkan atau memenuhi keinginan orang lain.

Karena orang lain bisa mengecewakan kita.

Tapi, ketika kita bisa menerima dan mencintai tubuh kita (dengan catatan dalam hal positif ya, misalnya ketika seseorang ada dalam kondisi obesitas, aku gak menyarankan untuk menerima kondisi tersebut, karena itu bukan kondisi yang positif bagi tubuh orang tersebut.

Dia membutuhkan kesadaran untuk berubah demi dirinya yang lebih sehat lagi), kita akan bisa lebih mengerti apa yang terbaik bagi diri kita sendiri dan hidup akan terasa lebih berwarna.

Kesehatan adalah hal yang utama, olahraga buat aku bukan sebuah paksaan tapi sebuah kebutuhan.

Ketika gak olahraga, badan malah rasanya gak enak banget / lemas.

Aku butuh olahraga biar enggak jadi “gila”. Hahaha..

Terima kasih, Mamak Meira!

Semoga bisa terus menginspirasi para wanita di luar sana untuk lebih menonjolkan karya ketimbang mementingkan penampilan fisik semata, karena saat seseorang mampu menerima ketidaksempurnaan diri sendiri dan mengubahnya menjadi sesuatu yang membanggakan, maka rasa nyaman dan bahagia pun akan terasa.

Follow Instagram Meira Anastasia di @meiranastasia untuk mengenalnya lebih jauh.