Kenapa Kita Kehilangan Ambisi Di Umur 30-an?

Kenapa Kita Kehilangan Ambisi Di Umur 30-an?

Merasa tidak memiliki ambisi untuk mengejar karir saat berusia 30-an?

Anda tidak sendiri.

Masa muda saya dihabiskan untuk merencanakan karir saya.

Tidak lama setelah saya mendapat karir yang diinginkan, saya mulai memikirkan langkah berikutnya untuk menjadi orang sukses.

Dalam perjalannya, saya sudah berusaha keras dan beberapa kali terjatuh.

Namun, ketika saya akan berumur 32 tahun, ambisi saya menurun.

Daripada memimpikan pencapaian karir berikutnya, saya malah terjebak untuk membuka sosial media dan mengidam-idamkan gaya hidup orang lain.

Bukan berarti saya tidak mau memiliki karir yang sukses atau mempertahankan reputasi yang bagus, tapi saya merasa tidak perlu lagi berusaha sekeras saat saya masih berumur 20-an. Hal itu melelahkan bagi saya.

Ketika saya meniti karir dengan semangat yang tinggi, saya berubah menjadi tidak terlalu memperhatikan suami saya.

Saya jarang bertemu teman-teman dan jarang berkunjung ke rumah orang tua saya.

Dengan menurunkan motivasi karir, saya merasa memiliki banyak waktu untuk bertemu dengan orang-orang yang saya cintai dan saya juga memiliki waktu untuk berjalan di pinggir pantai untuk melihat ombak.

Saya bertanya-tanya apakah mungkin ambisi yang menurun ini diakibatkan oleh fakta bahwa saya telah menikah dan memikirkan langkah berikutnya, seperti memiliki anak, dan lain-lain, tapi banyak teman saya yang juga kehilangan ambisinya.

KEHILANGAN SESUATU YANG BARU DAN MENARIK

Seorang teman bekerja di perusahaan mewah namun dia berkata bahwa dia bosan dengan tekanan yang terus-menerus ada dan ekpektasi yang tidak masuk akal dari manajemen.

Seorang teman yang lain bekerja di perusahaan besar yang mengutamakan kesehatan dan kejahteraan.

Namun, sulit bagi dia untuk makan siang karena pekerjaan yang menumpuk hingga dia tidak bisa beristirahat.

Penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan karyawan kehilangan ambisi untuk naik jabatan pada umur 35 tahun.

Bukan berarti kami tidak ingin bekerja atau tidak menikmati apa yang kita lakukan, hanya saja kami merasa senang jika melakukannya tanpa terburu-buru, tanpa kompetisi, dan tanpa menggerutu tentang kerja yang terlalu keras.

Peneliti sosial Markus Marbun mengatakan bahwa bukanlah hal yang mengejutkan jika pada umur 30-an ambisi mulai turun.

Tidak seperti generasi sebelumnya, yang biasanya mulai berkeluarga di usia 20-an, McCrindle mengatakan bahwa rata-rata perempuan Australia tidak memiliki anak hingga usia 31 tahun dan lelaki tidak menjadi seorang ayah hingga umur 33, jadi kita memang menghabiskan masa muda kita dengan bekerja.

“Ketika seseorang menginjak umur 30-an, mereka berarti telah bekerja dan belajar dengan keras selama 1,5 dekade.”

“Itu melelahkan dan maka ketika berumur 30-an, orang mencoba untuk melangkah lebih tenang dan perspektif yang lebih luas mulai muncul.”

Orang di usia 30-an mendefinisikan ulang arti kesuksesan setelah melihat orang tua mereka berusaha mencari harta benda.

“Di era 80-an dan 90-an kesukesan hanya tentang mobil, jam tangan bermerek, dan kartu nama, sedangkan saya berpikir bahwa definisi sukses dan pencapaian telah meluas,” katanya.

“Jika seseorang berhasil dalam karir mereka tetapi mereka sulit untuk bekerja karena kesehatan mereka berantakan dan mereka tidak memiliki hobi apapun … itu tidak dianggap sebagai kesuksesan.”

Jalan panjang di depan

Markus mengatakan bahwa Generasi Y tidak memiliki pemikiran bahwa mereka akan bekerja terus-menerus selama beberapa dekade ke depan, jadi mereka memastikan untuk tidak menyia-nyiakan waktunya.

“Mereka belajar dari orang tuanya bahwa mereka harus memiliki pengalaman hidup selagi mereka sehat dan aktif,” katanya.

“Sebuah perspektif yang sehat untuk tidak mengikuti cara hidup orang tua mereka yang hanya mementingkan kekayaan.”

Lauren Rosewarne, peneliti sosial dari University of Melbourne, mengatakan bahwa banyak orang sukses yang berbicara tentang kesia-siaan dari bekerja sepanjang hari, di mana hal itu menimbulkan pertanyaan di masyarakat luas.

“Jam kerja seharusnya diperpendek dan dijadikan lebih efektif,” kata Dr. Rosewarne.

“Saya menduga ambisi tersebut telah dikonsep ulang. Jam kerja 15 jam per hari tidak lagi dipandang sebagai satu-satunya cara untuk meraih kesuksesan dan faktanya, dapat membuat lelah, bosan, dan tidak produktif.”

Saya tidak menyesali kerja keras saya saat berumur 20-an.

Waktu dan komitmen yang saya korbankan mendasari karir memuaskan yang saya harap bisa saya lihat di usia 30-an atau lebih.

Namun saya berencana untuk melakukannya dengan lebih tenang dan memutuskan dengan tegas apa yang saya kejar – tidur lebih banyak, lebih banyak terkena sinar matahari, dan lebih banyak kepuasan hidup.