Orvia: Restoran Yang Memadukan Coffee Shop Dengan Sajian Makanan Sehat Rasa Nusantara

Orvia adalah salah satu restoran di Jakarta Timur yang memadukan coffee shop dengan sajian makanan sehat.
Seperti apa tepatnya? Simak ulasan berikut ini.
Siapa sangka jika di antara deretan ruko-ruko di sepanjang jalan raya Kalimalang terselip salah satu restoran unik yang sebenarnya berkonsep coffee shop, namun juga menghidangkan menu-menu yang terbilang menyehatkan.
Meskipun tidak sepenuhnya fokus sebagai restoran yang menyediakan makanan sehat layaknya tempat-tempat makan bertema organic café ataupun raw food yang belakangan kian menjamur, namun Orvia ingin ikut andil dalam memberikan pengalaman makan yang tidak hanya memuaskan perut tapi juga membuat tubuh kita berterima kasih kelak.
Berlokasi di belahan timur Jakarta, interior gedung restoran ini semua didesain oleh pemiliknya, Avidyarahma Noviyanto, yang memang lulusan arsitektur.
Selain bisa makan di lantai bawah, pengunjung juga bisa menikmati sajian Orvia di rooftop yang berada di lantai tiga.
Bahkan menurut salah seorang pelanggan, restoran ini adalah restoran pertama di Jakarta Timur dengan desain open rooftop.

Ide mendirikan Orvia ini karena Avi, sang pemilik adalah memang penyuka kopi dan juga senang memasak sejak kecil.
Selain menyajikan penganan khas teman minum kopi seperti produk bakery, ia juga ingin menyajikan sesuatu yang familiar namun diolah secara sadar sehingga tetap dapat diterima di lidah orang Indonesia sembari meningkatkan kesadaran akan kesehatan dan merayakan hidup dengan cara yang sederhana melalui makanan sehat.
Awalnya memasukkan menu makanan sehat ini karena dulu ia menderita penyakit GERD (asam lambung) dan colitis (radang usus besar) sehingga menyebabkannya harus bolak-balik ke rumah sakit dan memiliki banyak pantangan dalam makanan.
Namun hal ini justru membuatnya banyak belajar mengenai gaya hidup sehat seperti clean eating, raw food dan berbagai macam diet, karena menurutnya kondisi tubuh dan tingkat kesehatan tiap orang berbeda-beda, maka berbeda pula toleransi makanan pada tiap orang.
Avi setuju bahwa tren gaya hidup sehat yang saat ini sedang mewabah adalah sesuatu hal yang baik dan menyenangkan untuk dilihat, juga sebagai bentuk baru dari variasi makanan yang sudah ada.
Terlepas dari apakah orang hanya mencoba-coba atau ikut-ikutan saja, tapi setidaknya ada usaha dari mereka untuk mengedukasi diri sendiri dan meningkatkan kesadaran untuk hidup lebih sehat.
Yang penting seimbang dan jangan terlalu berlebihan juga karena kembali lagi, kondisi tubuh tiap orang berbeda-beda dalam menerima asupan makanan apapun.
Dari ide tersebut maka terciptalah menu-menu sehat tanpa MSG, bebas pengolahan dengan minyak kelapa sawit dan hanya menggunakan minyak kelapa, garam organik dan bahan-bahan lain seperti kopi, daun teh, dan cokelat yang semuanya diperoleh dari pemasok dalam negeri demi mendukung produk petani lokal dan kesejahteraan mereka.
Satu lagi, Orvia tidak menyediakan minuman soda dan minuman beralkohol, dan sebagai gantinya, pelanggan bisa mencoba mencicipi kombucha yang jauh lebih sehat dan menyegarkan.
Ide pembuatan menunya berasal dari orang-orang terdekat, pengalaman pribadi, juga dari tim Orvia sendiri.
Tidak muluk-muluk, Orvia ingin mengangkat kembali nostalgia terhadap makanan-makanan yang pernah berjaya di masa lampau ke dalam balutan yang lebih modern sekaligus sehat, dengan tidak melupakan cita rasa khas nusantara yang kaya akan rempah.
Beberapa hidangan favorit yang menjadi ciri khas Orvia selain tentunya kopi, yaitu gelato.
Tersedia dalam berbagai rasa seperti teh hijau / matcha, cokelat, martabak kacang, pisang bakar, dan kopi susu.
Juga ada Ayam Bakar Puri Gianyar, Nasi Hitam Balacan, roti jala merah, jamur crispy, mozzarella stick, dan waffle yang terbuat dari tepung singkong sehingga aman dikonsumsi untuk penderita penyakit celiac atau yang sedang menjalani diet bebas gluten.

Saya berkesempatan mencicipi empat jenis menu di Orvia, yaitu gelato, roti jala merah, tempeh bites, dan nasi hitam balacan.
Yang pertama, gelato.
Tak seperti es krim pada umumnya yang menggunakan susu sapi sebagai bahan dasar pembuatannya, gelato Orvia ini menggunakan susu kacang kedelai dan mede yang dibuat sendiri di dapur Orvia.
Ini bagus untuk orang yang memiliki kondisi intoleransi laktosa dari susu sapi dan juga cocok untuk vegetarian / vegan.
Saya mencoba satu scoop rasa matcha yang berwarna hijau dipadu dengan satu scoop rasa martabak kacang dengan campuran meises di dalamnya.
Secara umum rasanya tidak jauh berbeda dengan es krim biasa berbahan susu sapi, jadi sepertinya tidak akan jadi masalah bagi para penggemar susu sapi untuk menyantap gelato Orvia ini.
Untuk yang rasa matcha, saya tidak menemukan adanya rasa sepat, getir atau pahit yang biasanya masih tertinggal dalam produk makanan dengan rasa teh hijau ini.
Untuk martabak kacangnya, jangan membayangkan ada potongan martabak manis di dalamnya, hanya kacang yang berpadu dengan meises cokelat sangat terasa dan menambahkan sesuatu yang crunchy di mulut.
Ada rasa unik yang tercipta saat saya menyendok kedua rasa gelato ini sekaligus.
Rasa matcha yang berpadu dengan martabak kacang menghasilkan rasa seperti kacang hijau!
Bayangkan Anda menyantap kacang hijau yang diblender halus, seperti itulah.
Tentu saja ini hanya opini saya saja dan apa yang dirasakan oleh lidah saya.

Berikutnya adalah roti jala merah.
Ini adalah roti berupa pisang bakar yang ditaburi gula kelapa kemudian dibalut dalam tepung terigu warna merah dibentuk menyerupai jala.
Sekilas bentuknya seperti roll rambut klasik menurut saya.
Warna merahnya diperoleh dari beetroot.
Disajikan di atas tatakan kayu dilapisi daun pisang dan dengan tambahan detail semacam caramel yang saya kira madu ternyata adalah palm nectar atau biasa dikenal dengan nira.
Saya mulai membedah rasa roti jala ini.
Lapisan merah dari roti jala ini kurang lebih memiliki rasa yang sama seperti rasa kue basah dadar gulung.
Lalu saya ingin melihat seperti apa rasa dan tampilan pisang di dalamnya.
Pisang yang digunakan di sini adalah pisang barangan yang terkenal manis.
Meskipun katanya dibakar, tapi saya tidak melihat sedikitpun tekstur gosong atau bercak-bercak kehitaman pada pisang layaknya makanan yang dibakar, dan rasanya pun seperti makan pisang biasa yang habis dikupas dari kulitnya, tidak ada rasa bakaran.
Ini karena Orvia menggunakan panggangan khusus dan bukan pemanggang biasa seperti pada sate atau ayam bakar.
Secara keseluruhan ini adalah makanan yang cocok untuk Anda yang menyukai makanan manis.

Roti jala merah (Dok: FabFit by (X)S.M.L)
Kemudian beralih ke tempeh bites.
Dari namanya mungkin Anda sudah bisa menebak bahwa ini adalah hidangan dari tempe.
Yap, betul sekali.
Bermula dari kegemaran Avi terhadap tempe, maka ia pun bereksperimen membuat makanan kekinian dari bahan tempe dan kemudian diuji coba ke pelanggan tanpa menyebutkan bahannya.
Hasilnya, banyak yang menyangka bahwa itu adalah ayam dan tidak mengenali rasa tempenya, padahal ini terbuat dari tempe murni tanpa campuran daging apapun.
Mungkin karena disajikan dalam balutan tepung panir sehingga bentuknya mirip chicken nugget.
Rasanya pun mirip dengan chicken nugget asli terutama balutan tepungnya, jadi bisa dibilang ini adalah nugget tempe.
Dimakan dengan cocolan sambal (bukan saos sambal) dari cabai merah yang ditambah perasan lemon, membuat rasa yang berpadu di mulut menjadi unik.
Gurih, asam dan sedikit pedas.
Cocok juga untuk camilan anak-anak, karena selain sambal, di atas tempeh bites ini juga diberikan torehan mayonnaise.

Terakhir, hidangan pamungkas saya yaitu Nasi Hitam Balacan.
Hidangan yang sebenarnya sederhana dari segi tampilan.
Nasi goreng yang terbuat dari campuran nasi hitam, nasi coklat dan nasi merah dengan takaran yang pas sehingga aman untuk orang yang pencernaannya sensitif terhadap makanan berserat tinggi dan terhindar dari diare.
Disajikan dengan telur mata sapi di atas nasi dan dikelilingi acar timun dan wortel.
Yang paling saya suka adalah telur mata sapinya dibuat setengah matang, jadi saat membelah kuning telurnya, ia meleleh dengan bebas.
Namun jika Anda tidak suka telur seperti ini, mungkin bisa meminta untuk dibuatkan yang matang sepenuhnya.
Karena berasal dari tiga jenis beras super food, tentunya rasanya berbeda dari rasa nasi putih biasa.
Saya merasakan ada semacam sekam yang lembut pada nasinya saat dikunyah namun tidak terlalu mengganggu seperti saat kita menemukan sisa sekam pada nasi putih yang biasa kita makan.
Bumbu utamanya tentu saja balacan alias terasi.
Bau terasinya tidak terlalu menyengat namun tetap terasa di lidah.
Ada rasa pedasnya juga, perpaduan antara cabai dan lada.
Semuanya pas.
Untuk hidangan yang satu ini, saya suka sekali.

Nasi hitam balacan (Dok: FabFit by (X)S.M.L)
Secara keseluruhan, saya bisa mengatakan menu makanan di Orvia recommended, terutama bagi Anda yang mencari sesuatu yang baru dari sekadar coffee shop.
Makanan sehat tidak harus membuat kening berkerut karena rasanya yang kurang bersahabat di lidah, namun dengan pengolahan yang tepat dan penuh kesadaran, Orvia mampu menyulap makanan yang tak cuma sehat dan mengenyangkan tapi juga memenuhi selera lidah Indonesia yang terbiasa dengan beragam bumbu dan rempah khas nusantara.
Untuk Anda yang penasaran ingin tahu lebih banyak menu-menu di Orvia, Anda bisa langsung berkunjung ke restoran Orvia yang beralamat di Jl. Raya Kalimalang Blok A20 No. 1B-C, Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jakarta Timur, buka dari jam 2 siang sampai jam 10 malam.
Atau scrolling dulu di Instagram @orvia_id.
Leave a Comment
No Comments
There are no comment for this article yet. Be the first one to post a comment!